Rabu, 13 November 2013

SMAN SBBS, Sekolah Pencetak Juara Olimpiade Sains

SOLO, KOMPAS.com - Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) Sragen Bilingual Boarding School (SBBS) dapat menjadi contoh bagi sekolah yang ingin mengukir prestasi positif. Meski berlokasi di salah satu kecamatan yang tidak terlalu ramai di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, namun sekolah yang baru berdiri lima tahun ini sudah menghasilkan segudang prestasi. Para siswanya pun tidak pernah tawuran. Terakhir, sekolah ini mengirimkan 13 siswa terbaiknya mengikuti Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2012 yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Ketiga belas siswa berhasil membawa pulang medali, yakni lima emas, lima perak, dan tiga perunggu untuk bidang Matematika, Biologi, Kebumian, Komputer, Fisika, Kimia, dan Ekonomi. Selain mencapai banyak prestasi di bidang akademik, sekolah ini tetap tidak melupakan pendidikan karakter. Ini dipermudah dengan sistem asrama bagi siswa-siswanya. "Asrama membantu menanamkan pendidikan karakter bagi siswa. Mereka dilatih mandiri dengan penanaman sifat-sifat luhur, seperti jujur. Perubahan sekecil apapun pada siswa bisa terpantau sejak dini," kata Kepala SMAN SBBS, Nur Cipto, saat bersama rombongan berkunjung ke Kantor Kompas Perwakilan Solo, Selasa (25/9/2012) ini. "Di sekolah mereka tidak diperkenankan memegang telepon seluler dan uang saku pun hanya Rp 50.000 per minggu. Kalau punya uang lain harus dititipkan kepada pembina atau ditabung di bank. Kalau ingin mengambil lewat ATM harus izin dulu," tambahnya. Untuk mendapatkan siswa bibit unggul, SMAN SBBS menyebar undangan ke SMP-SMP di seluruh Nusantara, terutama kepada siswa yang pernah menjadi juara atau finalis lomba atau Olimpiade Sains Nasional. Saat ini, di sekolah ini terdapat siswa dari seluruh Nusantara, seperti Kalimantan, Papua, Sumatera, dan daerah-daerah lainnya. Para siswa berpotensi ini dibebaskan dari biaya pendidikan, termasuk biaya hidup selama sekolah di SBBS. Mereka juga dibina agar semakin terasah potensinya. Siswa yang masuk lewat jalur reguler harus membayar Rp 37 juta untuk satu tahun ajaran. "Begitu siswa bergabung, langsung kami bina, yang berpotensi akademik kami masukkan pusat pelatihan 20 hari di Jakarta atau Yogyakarta bersama siswa dari jaringan sekolah kami, PASIAD, di beberapa kota lainnya. Kembali ke sekolah, mereka dibina oleh guru-guru dan dosen undangan," ungkap Koordinator Olimpiade SMAN SBBS, Eko Sugiyanto. Setelah itu, siswa diikutkan berbagai perlombaan untuk mengetahui perkembangannya, termasuk puncaknya mengikuti OSN yang digelar Kemdikbud. Tahun lalu, beberapa siswa lulusan OSN dari sekolah ini juga berhasil meraih medali dalam ajang olimpiade internasional, antara lain di bidang fisika.